Hik..Hik..Hik..
Nota: Dulu blog ni ada visitor-counter nya. Sekarang aku dah buang!
Wednesday, June 30, 2010
Sunday, June 27, 2010
Dan Pada Tarikh Hari Ini..
Aku undang bapak dan mak untuk menguruskan pertunanganku.
Terima kasih bapak, terima kasih mak.
Terima kasih Allah.
Terima kasih bapak, terima kasih mak.
Terima kasih Allah.
Friday, June 25, 2010
Pada Tarikh Ini..
Satu tahun nan lalu... (25 Jun 2009).
Aku mula mengenalinya dengan menggelarkannya 'kakak'
Satu tahun kemudian... (25 Jun 2010).
Pada tarikh sama, 'kakak' itu bakal tunanganku.
Aku mula mengenalinya dengan menggelarkannya 'kakak'
Satu tahun kemudian... (25 Jun 2010).
Pada tarikh sama, 'kakak' itu bakal tunanganku.
Hari Ini..
- Selesai urusan aku di Gaya Street.
- Demam beransur pulih.
- HTC Touch Diamond 2 aku rosak (tak sampai setahun pakai)!
- Perlu henfon baru. Angan-angan mau Nokia E72. Nokia??? Alalala...
- Jemput mak bapak kat airport KK.
- Ambil borang di MUIS.
- Demam beransur pulih.
- HTC Touch Diamond 2 aku rosak (tak sampai setahun pakai)!
- Perlu henfon baru. Angan-angan mau Nokia E72. Nokia??? Alalala...
- Jemput mak bapak kat airport KK.
- Ambil borang di MUIS.
Wednesday, June 23, 2010
Ujian Demi Ujian.. Aku Sambut Sebagai Cabaran!
Jam berapa dah ni.. Weitt, 0400 pagi! Alahai.. Badan rasa nak demam.
*** (Sebelumnya) ***
Lepas balik dari Centre Point tadi rasa macam lapar bebenor, singgah makan. Emm.. Tak lalu makan dah.
HTC bermasalah, O2 pun bermasalah.. Tolonggggggg!!!
Dah tak mampu pun nak angkat dagu. Walaupun bersanggah siku.
Jam 0130 pagi, terjaga. Terfikir tentang kerja. Yang masih belum sudah-sudah.. Ujian betul!
Jom kasik 'release tensen' dulu..
*** (Sebelumnya) ***
Lepas balik dari Centre Point tadi rasa macam lapar bebenor, singgah makan. Emm.. Tak lalu makan dah.
HTC bermasalah, O2 pun bermasalah.. Tolonggggggg!!!
Dah tak mampu pun nak angkat dagu. Walaupun bersanggah siku.
Jam 0130 pagi, terjaga. Terfikir tentang kerja. Yang masih belum sudah-sudah.. Ujian betul!
Jom kasik 'release tensen' dulu..
Tuesday, June 22, 2010
Mampukah Aku Mengubah Dunia?
Sungguh menyentuh kisah ini..
Mengubah Dunia
By: agussyafii
Ada sorang lelaki tua, terbaring tidur tak berdaya melamunkan masa mudanya dalam kesendirian. Ditengah ketidakberdayaannya ia berbincang dengan dirinya sendiri. Dalam kesendiriannya banyaklah yang direnungkan. Hatinya berkata.
'Ketika aku menjadi seorang pemuda, aku bermimpi ingin merubah dunia. Seiring dengan waktu, usiaku kian bertambah. Dunia tidak berubah. Dunia tidak kunjung berubah. Maka impianku persempit untuk mengubah negeri ini. Namun impian itu juga tidak berhasil. Negeri ini juga tidak berubah.'
'Ketika usiaku sudah memasuki waktu senja. Dengan semangatku yang masih menggebu. Lalu aku memimpikan untuk bisa mengubah keluargaku. Orang-orang yang ku cintai. Orang-orang yang ada di sekelilingku. Tetapi mereka juga tidak mampu aku merubahnya.'
Kini disaat terbaring lemah tidak berdaya. Air matanya mengalir tak terasa. Baju basah dengan air mata. Lelaki tua bergumam lirih pada dirinya sendiri.
'Bila waktu masa muda itu aku mengubah diriku sendiri. Maka aku akan menjadi panutan. maka aku bisa mengubah keluargaku. Memberikan inspirasi dan mendorong orang-orang di sekelilingku untuk melakukan kebaikan. Dari mereka menanam dan menebarkan kebaikan, cinta dan kasih sayang sehingga mampu memperbaiki negeri ini. Tanpa disadari aku telah mengubah dunia.
Pesan di atas bahwa kita tidak akan mampu mengubah dunia bila kita tidak mampu mengubah diri kita sendiri. Mulailah dengan melakukan kebaikan yang paling mudah seperti bertegur sapa, menebarkan senyum untuk pasangan hidup kita, membantu orang tua yang hendak menyeberang jalan atau sekedar bertanya bagaimana kabar dan duduk berbincang walau sebentar adalah wujud empati kita. Maka kebaikan itu menjadi virus yang menyebar ke mana-mana. Pada saat itulah sebenarnya kita telah mampu mengubah dunia.
--
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapatkan kemenangan (QS, an-Naba' :31).
Mengubah Dunia
By: agussyafii
Ada sorang lelaki tua, terbaring tidur tak berdaya melamunkan masa mudanya dalam kesendirian. Ditengah ketidakberdayaannya ia berbincang dengan dirinya sendiri. Dalam kesendiriannya banyaklah yang direnungkan. Hatinya berkata.
'Ketika aku menjadi seorang pemuda, aku bermimpi ingin merubah dunia. Seiring dengan waktu, usiaku kian bertambah. Dunia tidak berubah. Dunia tidak kunjung berubah. Maka impianku persempit untuk mengubah negeri ini. Namun impian itu juga tidak berhasil. Negeri ini juga tidak berubah.'
'Ketika usiaku sudah memasuki waktu senja. Dengan semangatku yang masih menggebu. Lalu aku memimpikan untuk bisa mengubah keluargaku. Orang-orang yang ku cintai. Orang-orang yang ada di sekelilingku. Tetapi mereka juga tidak mampu aku merubahnya.'
Kini disaat terbaring lemah tidak berdaya. Air matanya mengalir tak terasa. Baju basah dengan air mata. Lelaki tua bergumam lirih pada dirinya sendiri.
'Bila waktu masa muda itu aku mengubah diriku sendiri. Maka aku akan menjadi panutan. maka aku bisa mengubah keluargaku. Memberikan inspirasi dan mendorong orang-orang di sekelilingku untuk melakukan kebaikan. Dari mereka menanam dan menebarkan kebaikan, cinta dan kasih sayang sehingga mampu memperbaiki negeri ini. Tanpa disadari aku telah mengubah dunia.
Pesan di atas bahwa kita tidak akan mampu mengubah dunia bila kita tidak mampu mengubah diri kita sendiri. Mulailah dengan melakukan kebaikan yang paling mudah seperti bertegur sapa, menebarkan senyum untuk pasangan hidup kita, membantu orang tua yang hendak menyeberang jalan atau sekedar bertanya bagaimana kabar dan duduk berbincang walau sebentar adalah wujud empati kita. Maka kebaikan itu menjadi virus yang menyebar ke mana-mana. Pada saat itulah sebenarnya kita telah mampu mengubah dunia.
--
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapatkan kemenangan (QS, an-Naba' :31).
Sunday, June 20, 2010
Ku Tahu..
Allah melihat apa yang aku lakukan.
Duhai Allah, ampuni segala dosa-dosaku. Tenangkanlah fikiran, hati dan jiwaku..
Duhai Allah, ampuni segala dosa-dosaku. Tenangkanlah fikiran, hati dan jiwaku..
Saturday, June 19, 2010
Hidup Di Dunia Hanya Sekali
Jika diri ibarat komputer, butang inilah yang selalu aku tekan!
Cumanya, kita manusia. Tiada kekunci, tiada wayar.
Muga hari ini dan esok menjanjikan yang terbaik.
Hidup di dunia hanya sekali..
Cumanya, kita manusia. Tiada kekunci, tiada wayar.
Muga hari ini dan esok menjanjikan yang terbaik.
Hidup di dunia hanya sekali..
Thursday, June 17, 2010
(Kisah Titik Hitam). Nilailah Secara Positif.. Bersyukurlah
"Ustadz.. Terus terang, saya merasa kehidupan dunia ini hampa. Tidak ada yang istimewa dan layak disyukuri.” Seorang lelaki curhat (mencurahkan rasa hati) pada seorang Ustadz.
“Sehinggakan, saat tidurlah menjadi suatu saat kebahagiaan terindah. Saya tidak puas atas apa yang saya miliki. isteri, pekerjaan, kehidupan, kemampuan serta fisik yang saya miliki sepertinya tidak memenuhi kehendak dan impian. Saya selalu merasa menjadi orang yang kekurangan di dunia ini."
“Lalu ?” Ustadz dengan kopiah di kepalanya hanya tersenyum dan mendengarkan keluhan lelaki ini.
"Semakin kuat saya berusaha untuk merubah keadaan, yang saya terima adalah semakin banyak kekecewaan.” Katanya sambil menunduk.
“Ya…aku mengerti apa yang kau alami. Itu sifat manusiawi..” Kata Ustadz tersenyum. "Sekarang aku akan ambil satu kertas putih kosong dan aku tunjukkan padamu… Nah, apa yang kamu lihat ?" Pertanyaan Ustadz.
“Aku tidak melihat apa-apa… Semuanya putih.” Jawab lelaki itu.
Sambil mengambil pena hitam dan membuat satu titik ditengah kertasnya, Ustadz berkopiah putih itu berkata, “Nah..Sekarang aku telah beri satu titik hitam di atas kertas itu. Sekarang gambar apa yang kamu lihat ?”
“Saya melihat satu titik hitam, Ustadz."
“Pastikan lagi !” Tegur si Ustadz.
“Titik hitam !" Jawabnya yakin.
“Sekarang aku tahu penyebab masalahmu. Kenapa engkau hanya melihat satu titik hitam saja dari kertas tadi? Cubalah ubah sudut pandangmu hai pemuda.
Menurutku yang kulihat bukan titik hitam tapi tetap sebuah kertas putih meski ada satu noda didalamnya. Aku melihat lebih banyak warna putih dari kertas tersebut sedangkan kenapa engkau hanya melihat hitamnya saja dan itu pun hanya setitik ?” Jawab Ustadz berkopiah putih.
“Sekarang mengertikah kamu ? Dalam hidup, bahagia atau tidaknya hidupmu tergantung dari sudut pandangmu memandang hidup itu sendiri. Jika engkau selalu melihat titik hitam tadi yang diertikan sebagai kekecewaan, kekurangan dan keburukan dalam hidup maka hal-hal itulah yang akan selalu hinggap dan menemani dalam hidupmu.
“Cubalah fahami, bukankah disekelilingmu penuh dengan warna putih, yang ertinya begitu banyak anugerah yang telah diberikan oleh Allah kepada kamu. Kamu masih mampu melihat, mendengar, membaca, berjalan, tubuh yang tegap dan sihat, anak yang lucu-lucu dan begitu banyak kebaikan dari isterimu daripada kekurangannya.
Berapa banyak suami-suami yang kehilangan istrinya ?
Juga begitu banyak kebaikan dari pekerjaanmu di lain sisi banyak orang yang menanti dan menderita kerana mencari pekerjaan. Begitu banyak orang yang lebih miskin bahkan lebih kekurangan daripada kamu. Kamu masih memiliki rumah untuk berteduh, aset sebagai simpananmu di hari tua, tabungan , insurans dan teman-teman yang baik yang selalu menemanimu. Kenapa engkau selalu melihat sebuah titik hitam saja dalam hidupmu ?” Hurai si Ustadz panjang lebar.
Betapa mudahnya melihat keburukan orang lain, padahal begitu banyak hal baik yang telah diberikan orang lain kepada kita.
Betapa mudahnya melihat kesalahan dan kekurangan orang lain, sedangkan kamu lupa kelemahan dan kekurangan diri kita.
Betapa mudahnya menyalahkan dan mengingkari- Nya atas kesusahan hidupmu, padahal begitu besar anugerah dan kurnia yang telah diberikan oleh-Nya dalam hidup kita.
Betapa mudahnya menyesali hidup kamu padahal banyak kebahagiaan telah diciptakan untuk kamu dan menanti kamu.
“Mengapa kamu hanya melihat satu titik hitam pada kertas ini? PADAHAL SEBAGIAN KERTAS INI BERWARNA PUTIH ? Sekarang mengetikah engkau?” Ucap Ustadz.
“Ya saya mengerti. Betul, ini tetap kertas putih. Cuma hanya ada titik kecil hitam ditengahnya.” Ucap lelaki tersenyum cerah.
Wednesday, June 16, 2010
Azamku
Kan ku susun dan atur kembali perjalanan hidup ini. InsyaAllah.
"Duhai Allah, bimbinglah aku ke jalan yang Engkau redhai. Aminn.."
"Duhai Allah, bimbinglah aku ke jalan yang Engkau redhai. Aminn.."
***
Situasi jam 1230 tengah hari. Alhamdulillah. dengan senyuman terguris di wajah. Memberi sedekah dengan cara yang mudah. Muga energi positif meresap masuk ke dalam tubuh secara perlahan, membuang sedikit demi sedikit baki pikiran dan energi negatif keluar.
Moga berterusan begini.
Syukurku padaMu Allah, atas rahmat sebesar ini.
Situasi jam 1230 tengah hari. Alhamdulillah. dengan senyuman terguris di wajah. Memberi sedekah dengan cara yang mudah. Muga energi positif meresap masuk ke dalam tubuh secara perlahan, membuang sedikit demi sedikit baki pikiran dan energi negatif keluar.
Moga berterusan begini.
Syukurku padaMu Allah, atas rahmat sebesar ini.
Tuesday, June 15, 2010
Tempe Oh Tempe
Adula, aku rindu sama tempe goreng cicah sambal kicap (for sure Hairun punye bikin).
Sini (Kota Kinabalu) susah cari. Teringat satu kisah pasal tempe. Mungkin kisah ini agak panjang dan telah pun diulang baca. Hayati..
Alkisah, ada sebuah kampung di pedalaman Tanah Jawa. Di situ hidup seorang perempuan tua yang sangat kuat beribadat. Pekerjaannya ialah membuat tempe dan menjualnya di pasar setiap hari. Itu merupakan satu-satunya sumber pendapatannya untuk menyara hidup. Tempe yang dijualnya merupakan tempe yang dibuatnya sendiri.
Pada suatu pagi, seperti biasa, ketika beliau sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, baru dia sedari yang tempenya yang diperbuat daripada kacang soya hari itu masih belum menjadi (separuh jadi). Kebiasaannya tempe beliau telah menjadi sebelum sedia untuk dijual. Diperiksanya beberapa bungkusan yang lain. Ternyata.. kesemuanya belum menjadi lagi!
Perempuan tua itu berasa sedih disebabkan tempenya yang masih belum menjadi dan pastinya ia tidak akan laku dan tiadalah rezekinya pada hari itu. Dalam suasana hatinya yang sedih, dia yang memang kuat beribadah, terlintas akan kekuasaan Allah menyatakan bahawa tiada yang mustahil bagiNya. Lalu dia pun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, “Duhai Allah , aku memohon kepadaMu agar kacang soya ini menjadi tempe. Amin..” Begitulah doa ringkas yang dipanjatkan dengan sepenuh hatinya.
Dia sangat yakin bahawa Allah pasti mengkabulkan doanya. Dengan tenang perempuan tua itu menekan-nekan bungkusan tempe dengan hujung jarinya dan dia pun membuka sikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang soya itu menjadi tempe. Namun, dia termenung seketika sebab kacang tu masih tetap kacang soya.
Namun dia tidak putus asa, sebaliknya berfikir mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Allah. Maka dia pun mengangkat kedua tangannya semula dan berdoa lagi. “Duhai Allah, aku tahu bahawa tiada yang mustahil bagiMu. Bantu lah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe, kerana inilah mata pencarianku. Aku mohon agar jadikanlah kacang soyaku ini kepada tempe, Amin.”
Dengan penuh harapan dan debaran dia pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan tu. Apakah yang terjadi? Dia termangu dan hairan apabila tempenya masih tetap begitu!! Sementara itu, hari pun semakin meninggi. Sudah tentu pasar sudah mula didatangi ramai orang. Dia tetap tidak kecewa atas doanya yang belum terkabul. Walaubagaimanapun kerana keyakinannya yg sangat tinggi dia bercadang untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya itu. Perempuan tua itu pun berserah pada Allah dan meneruskan pemergian ke pasar sambil berdoa dengan harapan apabila sampai di pasar kesemua tempenya akan menjadi.
Dia berfikir mungkin keajaiban Allah akan terjadi semasa perjalanannya ke pasar. Sebelum keluar dari rumah, dia sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. “Duhai Allah, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju ke pasar, Engkau kurniakanlah keajaiban ini buatku, jadikanlah tempe ini. Amin.” Lalu dia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan dirinya terus menerus berdoa di dalam hati.
Sesampai sahaja di pasar, segera dia meletakkan barang-barangnya. Hatinya betul-betul yakin yang tempenya sekarang mesti sudah menjadi. Dengan hati yg berdebar-debar dia pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan tempe yang ada.
Perlahan-lahan dia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya masih belum menjadi!! Naik darah gemuruhnya seketika lalu menarik nafas dalam-dalam. Dalam hatinya sudah mula merasa sedikit kecewa dan putus asa kepada Allah kerana doanya tidak dikabulkan.
Dia berasakan Allah tidak adil. Allah tidak kasihan padanya. Inilah satu-satunya punca rezekinya, hasil jualan tempe. Dia akhirnya cuma duduk sahaja tanpa mempamerkan barang jualannya sebab dia berasakan bahawa tiada orang yang akan membeli tempe yang baru separuh menjadi.
Sementara itu hari pun semakin petang dan pasar sudah mulai sepi, dan para pengunjung sudah mula berkurang. Dia meninjau-ninjau kawan-kawan sesama penjual tempe, tempe mereka sudah hampir habis. Dia tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan bahawa hari ini tiada hasil jualan yang boleh dibawa pulang.
Namun jauh di sudut hatinya masih menaruh harapan kepada Allah, pasti Allah membantuku. Walaupun dia tahu bahawa pada hari itu dia tidak akan dapat pendapatan langsung, namun dia tetap berdoa buat kesekian kalinya, “Duhai Allah, berikanlah penyelesaian terbaik terhadap tempeku yang belum menjadi ini.”
Sementelah, secara tiba-tiba dia dikejutkan dengan teguran seorang wanita setengah usia.
“Maaf ya makcik, saya ingin bertanya. Makcik ada tak menjual tempe yang belum menjadi? Dari tadi saya sudah pusing keliling pasar ini untuk mencarinya tapi masih belum berjumpa lagi.”
Dia termenung dan terkesima seketika. Hatinya terkejut sebab sejak berpuluh tahun menjual tempe, tidak pernah seorang pun pelanggannya mencari tempe yang belum menjadi. Sebelum dia menjawab sapaan wanita di depannya itu, cepat-cepat dia berdoa di dalam hatinya, "Duhai Allah, saat ini aku tidak mahu tempe ini menjadi lagi. Biarlah tempe ini seperti ini juga, Amin.”
Sebelum dia menjawab pertanyaan wanita itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Alangkah seronoknya dia, ternyata memang benar tempenya masih belum menjadi!
Dia merasa gembira dalam hatinya dan bersyukur pada Allah. Wanita itu pun memborong habis kesemua tempenya yang belum menjadi itu. Sebelum wanita tu pergi, dia sempat bertanya wanita itu. “Mengapa hendak membeli tempe yang belum jadi?”
Wanita itu menerangkan bahawa anaknya yang kini berada di England teringin makan tempe dari desa. Memandangkan tempe itu akan dikirimkan ke England, si ibu tadi mencari tempe yang separuh jadi, agar apabila sampai di England nanti akan menjadi tempe yang tidak busuk.
"Subahanallah..." Perempuan tua itu bersyukur dalam kehairanan.
***
Moral daripada kisah ini;
- Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Allah sewaktu berdoa, padahal sebenarnya Allah lebih mengetahui apa yang kita perlukan dan apa yang terbaik untuk diri kita.
- Sentiasalah berdoa dalam menjalani kehidupan seharian kita sebagai hambaNya yang lemah. Jangan sekali-kali berputus asa terhadap apa yang dipinta. Percaya dengan sepenuh keyakinan, bahawa Allah akan mengabulkan doa kita sesuai dengan rancanganNya yang mungkin di luar jangkaan.
-Tiada yang mustahil bagi Allah.
Sini (Kota Kinabalu) susah cari. Teringat satu kisah pasal tempe. Mungkin kisah ini agak panjang dan telah pun diulang baca. Hayati..
Alkisah, ada sebuah kampung di pedalaman Tanah Jawa. Di situ hidup seorang perempuan tua yang sangat kuat beribadat. Pekerjaannya ialah membuat tempe dan menjualnya di pasar setiap hari. Itu merupakan satu-satunya sumber pendapatannya untuk menyara hidup. Tempe yang dijualnya merupakan tempe yang dibuatnya sendiri.
Pada suatu pagi, seperti biasa, ketika beliau sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, baru dia sedari yang tempenya yang diperbuat daripada kacang soya hari itu masih belum menjadi (separuh jadi). Kebiasaannya tempe beliau telah menjadi sebelum sedia untuk dijual. Diperiksanya beberapa bungkusan yang lain. Ternyata.. kesemuanya belum menjadi lagi!
Perempuan tua itu berasa sedih disebabkan tempenya yang masih belum menjadi dan pastinya ia tidak akan laku dan tiadalah rezekinya pada hari itu. Dalam suasana hatinya yang sedih, dia yang memang kuat beribadah, terlintas akan kekuasaan Allah menyatakan bahawa tiada yang mustahil bagiNya. Lalu dia pun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, “Duhai Allah , aku memohon kepadaMu agar kacang soya ini menjadi tempe. Amin..” Begitulah doa ringkas yang dipanjatkan dengan sepenuh hatinya.
Dia sangat yakin bahawa Allah pasti mengkabulkan doanya. Dengan tenang perempuan tua itu menekan-nekan bungkusan tempe dengan hujung jarinya dan dia pun membuka sikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang soya itu menjadi tempe. Namun, dia termenung seketika sebab kacang tu masih tetap kacang soya.
Namun dia tidak putus asa, sebaliknya berfikir mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Allah. Maka dia pun mengangkat kedua tangannya semula dan berdoa lagi. “Duhai Allah, aku tahu bahawa tiada yang mustahil bagiMu. Bantu lah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe, kerana inilah mata pencarianku. Aku mohon agar jadikanlah kacang soyaku ini kepada tempe, Amin.”
Dengan penuh harapan dan debaran dia pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan tu. Apakah yang terjadi? Dia termangu dan hairan apabila tempenya masih tetap begitu!! Sementara itu, hari pun semakin meninggi. Sudah tentu pasar sudah mula didatangi ramai orang. Dia tetap tidak kecewa atas doanya yang belum terkabul. Walaubagaimanapun kerana keyakinannya yg sangat tinggi dia bercadang untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya itu. Perempuan tua itu pun berserah pada Allah dan meneruskan pemergian ke pasar sambil berdoa dengan harapan apabila sampai di pasar kesemua tempenya akan menjadi.
Dia berfikir mungkin keajaiban Allah akan terjadi semasa perjalanannya ke pasar. Sebelum keluar dari rumah, dia sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. “Duhai Allah, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju ke pasar, Engkau kurniakanlah keajaiban ini buatku, jadikanlah tempe ini. Amin.” Lalu dia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan dirinya terus menerus berdoa di dalam hati.
Sesampai sahaja di pasar, segera dia meletakkan barang-barangnya. Hatinya betul-betul yakin yang tempenya sekarang mesti sudah menjadi. Dengan hati yg berdebar-debar dia pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan tempe yang ada.
Perlahan-lahan dia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya masih belum menjadi!! Naik darah gemuruhnya seketika lalu menarik nafas dalam-dalam. Dalam hatinya sudah mula merasa sedikit kecewa dan putus asa kepada Allah kerana doanya tidak dikabulkan.
Dia berasakan Allah tidak adil. Allah tidak kasihan padanya. Inilah satu-satunya punca rezekinya, hasil jualan tempe. Dia akhirnya cuma duduk sahaja tanpa mempamerkan barang jualannya sebab dia berasakan bahawa tiada orang yang akan membeli tempe yang baru separuh menjadi.
Sementara itu hari pun semakin petang dan pasar sudah mulai sepi, dan para pengunjung sudah mula berkurang. Dia meninjau-ninjau kawan-kawan sesama penjual tempe, tempe mereka sudah hampir habis. Dia tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan bahawa hari ini tiada hasil jualan yang boleh dibawa pulang.
Namun jauh di sudut hatinya masih menaruh harapan kepada Allah, pasti Allah membantuku. Walaupun dia tahu bahawa pada hari itu dia tidak akan dapat pendapatan langsung, namun dia tetap berdoa buat kesekian kalinya, “Duhai Allah, berikanlah penyelesaian terbaik terhadap tempeku yang belum menjadi ini.”
Sementelah, secara tiba-tiba dia dikejutkan dengan teguran seorang wanita setengah usia.
“Maaf ya makcik, saya ingin bertanya. Makcik ada tak menjual tempe yang belum menjadi? Dari tadi saya sudah pusing keliling pasar ini untuk mencarinya tapi masih belum berjumpa lagi.”
Dia termenung dan terkesima seketika. Hatinya terkejut sebab sejak berpuluh tahun menjual tempe, tidak pernah seorang pun pelanggannya mencari tempe yang belum menjadi. Sebelum dia menjawab sapaan wanita di depannya itu, cepat-cepat dia berdoa di dalam hatinya, "Duhai Allah, saat ini aku tidak mahu tempe ini menjadi lagi. Biarlah tempe ini seperti ini juga, Amin.”
Sebelum dia menjawab pertanyaan wanita itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Alangkah seronoknya dia, ternyata memang benar tempenya masih belum menjadi!
Dia merasa gembira dalam hatinya dan bersyukur pada Allah. Wanita itu pun memborong habis kesemua tempenya yang belum menjadi itu. Sebelum wanita tu pergi, dia sempat bertanya wanita itu. “Mengapa hendak membeli tempe yang belum jadi?”
Wanita itu menerangkan bahawa anaknya yang kini berada di England teringin makan tempe dari desa. Memandangkan tempe itu akan dikirimkan ke England, si ibu tadi mencari tempe yang separuh jadi, agar apabila sampai di England nanti akan menjadi tempe yang tidak busuk.
"Subahanallah..." Perempuan tua itu bersyukur dalam kehairanan.
***
Moral daripada kisah ini;
- Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Allah sewaktu berdoa, padahal sebenarnya Allah lebih mengetahui apa yang kita perlukan dan apa yang terbaik untuk diri kita.
- Sentiasalah berdoa dalam menjalani kehidupan seharian kita sebagai hambaNya yang lemah. Jangan sekali-kali berputus asa terhadap apa yang dipinta. Percaya dengan sepenuh keyakinan, bahawa Allah akan mengabulkan doa kita sesuai dengan rancanganNya yang mungkin di luar jangkaan.
-Tiada yang mustahil bagi Allah.
Monday, June 14, 2010
Sunday, June 13, 2010
Untuk Bapak Aku..
Di ucapkan kepada bapak aku, selamat menyambut hari ulangtahun kelahiran yang ke-65.
Doa aku muga bapak aku sihat tubuh badan, tercapai apa yang diimpikan.
Hadiah?? Bapak aku dah beli sendiri utk diri dia sendirik. Hahaha..
Sebutir TRITON kaler biru. Huhuhuu.. Boleh tahan bapak aku nih. Nak layan off-road gi ladang sawit la tu!
Doa aku muga bapak aku sihat tubuh badan, tercapai apa yang diimpikan.
Hadiah?? Bapak aku dah beli sendiri utk diri dia sendirik. Hahaha..
Sebutir TRITON kaler biru. Huhuhuu.. Boleh tahan bapak aku nih. Nak layan off-road gi ladang sawit la tu!
Subscribe to:
Posts (Atom)